Category Archive Uncategorized

Byjmzachariascom

Consumer Insights : Pentingnya Pandangan Konsumen

Produk yang mutahir, laris di pasar sudah tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi pihak yang berada di balik terciptanya suatu produk tersebut. Hal ini tidak terkecuali bagi Doug Dietz, desainer alat pemindai yang berukuran besar MRI keluaran General Electric.
Kebanggaan tersebut  terus melengkapi kehidupan Doug sampai suatu saat kebangaan itu lenyap dan membuatnya  tercengang saat melihat seorang anak ketakutan saat menuju alat MRI yang kokoh berwarna putih tersebut. Kejadian ini sungguh membuatnya terpukul sekaligus mendorongnya melakukan redesain alat MRI khusus bagi pasien anak-anak. Sungguh beruntung Doug dapat langsung melihat apa yang terjadi sesungguhnya reaksi anak terhadap  produk yang didesainnya saat itu. Pengalaman menyakitkan ini merupakan pelajaran mahal, mampu dibayar dengan upaya dan desain baru yang spektakuler.

Apa yang terjadi di lapangan (baca: market/pasar) tidak serta merta  muncul memberi pesan jelas seperti contoh di atas. Lalu lalang data-data mentah dalam bermacam-macam konteks: visual, verbal, kasatmata namun dapat dirasa, untuk proses selajutnya ditampung, dipilah , diolah dan dirangkai menjadi informasi sebagai pendukung keputusan.

Suatu bagian dari program The Apprentice (UK TV Series) ketika seorang calon peserta magang dalam sebuah meeting mengatakan  produk yang akan dikembangkan berkualitas dengan keunggulan terbaik dan dengan yakin produk tersebut akan sukses di market. Sir Alan Sugar (mantan Chairman Amstrad) pun langsung memotong pembicaraan  tersebut sambil berujar “Yang harus Anda lakukan adalah pergi ke lapangan, dengar, lihat dan serap apa yang mereka (konsumen) rasakan dan inginkan!” Singkatnya, meminjam istilah dari Sean Devine  “Launch and Learn“.

Penjualan yang bagus pun bukan menjadi alasan untuk mengaibaikan consumer insights , karena proses bisnis tidak lepas usaha perbaikan  turus menerus (continuous improvementKaizen). Produk yang sedang dijual juga yang dikembangkan tentu harus bersinergi dengan  apa yang dirasakan, dipersepsikan, dibutuhkan, diharapkan oleh pengguna. Hal ini  yang dilakukan Apple (Divisi Music & Entertainment) dengan mengundang artis dan pemimpin di bidang entertainment seperti Harison Ford, Bryan Adams, grup musik metal Mötley Crüe untuk terlibat dalam memberi masukan berharga dari sisi pengguna terhadap produk-produk Apple  untuk industri musik & entertainment saat itu.

Ada contoh lain, entah bagaimana  caranya saya pun sering diminta  kru maskapai Singapore Airlines (on board) untuk mengisi berbagai kuisiner acak  dalam berbagai kesempatan. Sebagai penumpang yang  mendapatkan pelayanan prima selama ini, saya tidak ragu untuk menuliskan apresiasi, input, pandangan tentang pelayanan Singapura Airlines selama ini termasuk hal-hal lain yang masih kurang memuaskan, berhubungan dengan unsur need dan want saya sebagai penumpang. Saya pun tidak ragu untuk memberitahu mereka tentang layanan istimewa kompetitor  yang tidak mereka lakukan.

Di lain pihak secara fair, jika maskapai lain yang pernah saya tumpangi (melayani penumpangnya dengan baik) meminta masukan juga, tidak ada keraguan untuk membagi pandangan  terhadap layanannya beserta masukan  pembanding berkaitan layanan istimewa dari kompetitor  yang pernah saya tumpangi. Hal ini  baik untuk membangun iklim kompetitif secara konstruktif.

Kadang ada keengganan pada situasi tertentu seperti apabila diminta untuk memberi masukan dan saran, khususnya untuk  maskapai yang melekat kuat reputasinya dalam menelantarkan hak/kebutuhan penumpang karena adanya keraguan tentang itikad baik  untuk melakukan perbaikan usaha tersebut. Ini hanya contoh kecil gambaran bagaimana tidak efektifnya proses consumer insights di lapangan khususnya saat konsumen telanjur terkondisikan  bersifat apatis baik dalam bentuk komunikasi verbal, visual maupun alam bawah sadar (sub-consciousness).

Kemajuan teknologi informasi dengan internet sebagai motor penggerak menihilkan hambatan ruang dan waktu. Mendayagunakan program loyalti serta aplikasi online seperti kuisioner online, forum/komunitas, social media, web analytic meningkatkan efektifitas  dan optimasi pengolahan data sebagai bagian dari proses consumer insights . Strategi online di atas menjadi jamak dilakukan oleh perusahaan. Tak jarang ada yang “terperangkap” dengan hanya  menjadikannya sebagai crowd sourcing tanpa perencanaan  matang pengolahan lebih lanjut data-data yang melimpah  sebagai  tindak lanjut oleh pemegang merek (produk).

Starbucks merupakan salah satu perusahaan yang sukses mengelaborasikan keunggulan pendekatan online melalui mystarbucksidea. Portal yang berbasis cloud computing ini  berhasil menampung serta mengolah (dalam bentuk sesi diskusi) puluhan ribu saran dan ide dari pelanggan Starbucks seluruh dunia sebagaimana  tercatat  per 13 Januari 2013 (22:47, UTC +7) dari portalnya http://mystarbucksidea.force.com

Product Ideas :

  • 32,563 Coffee & Esporesso Drinks ideas,
  • 3,319 Frappuccino® Beverages ideas,
  • 9,535 Teas & Other Drinks ideas,
  • 14,928 Food ideas,
  • 7,830 Merchandise & Music ideas,
  • 15,967 Starbucks Card ideas,
  • 2,717 New Technology ideas,
  • 10,508 Other Product  ideas

Experience Ideas :

  • 7,824 Ordering, Payment, & Pick-Up ideas
  • 14,065 Atmosphere & Locations ideas
  • 10,810 Other Experience ideas

mystarbucksidea

Tampilan portal Mystarbucks Idea beserta ide yang masuk per   13 Januari 2013 (22:47, UTC +7) .

Menjaring apa  yang dirasakan oleh pelanggan  (need & want-nya), dipadukan dengan  bagaimana kontribusi produk yang ditawarkan terhadap pengalaman mereka (user experience, Ux) merupakan inti dari pendekatan consumer insights . Salah satu faktor kunci proses yang strategis adalah bagaimana  pelanggan dengan senang hati dan bersikap partisipatif memberikan pandangan secara berimbang. Komplain dari pelanggan  merupakan aset berharga  untuk ditindaklanjuti secara obyektif. Mengapa berharga?

Sangat berharga dalam konteks untuk  proses klarifikasi, perbaikan layanan dan kualitas suatu produk. Serta tidak kalah kritikalnya jika ada pelanggan  tidak jadi komplain, memilih bersikap apatis dan mengambil keputusan untuk pindah ke kompetitor, sebuah switching cost yang murah bahkan mendekati gratis ditanggung oleh pesaing dan berkontribusi meningkatkan beban churn-rate.

Tidak Mudah serta Tidak Mustahil (TMTM)  mengimplimentasikan  proses consumer insights . Apakah melalui proses etnografi/netnografi, observasi , customer visit , serta in-depth interview. Serap dan  resapi spirit dalam melaksanakan  consumer insights . Pada akhirnya kualitas pengalaman konsumen dapat diukur (QoEQuality of Experience) dan berkontribusi penting pada seberapa dalam keterikatan pengguna terhadap produk (RoEReturn of Engangement). Paling tidak, dimulai dari belajar pengalaman sehari-hari  dari bentuk sederhana termasuk yang telah berlaku turun temurun seperti kalimat bijak yang terpampang pada dinding pintu keluar sebuah RM Padang, “Jika Anda puas beritahukan kepada kerabat Anda, bila tidak beritahukan  Kami.”

Bagaimana menurut Anda?

* image credit: Damian Brandon-freedigitalphotos.net

Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade.  Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman  di perusahaan multinasional dan nasional pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen. Iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di  kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada www.jmzacharias.com . Anda mengubungi melalui tautan kami.

Byjmzachariascom

7 Strategi Komunikasi Brand via Media Sosial

Di saat jalur komunikasi yang berubah sejak boomingnya Web 2.0 dalam hal ini kanal media sosial dengan komunikasi yang lebih horizontal dan viral yang menjadi kekuatan penopang utama. Strategi marketing pun masuk ke kanal media sosial secara signifikan pada aktifitas planning dan budgeting bagi program aktivasi pad kanal media sosial. Lalu bagiamana respon konsumen berkaitan pendekatan brand beserta program marketingnya? Ada satu rilis baru-baru ini yang menarik emarketer.com (survei Maret 2015) di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia menunjukkan mayoritas responden konsumen Indonesia senang mem-follow akun media sosial brand seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

190799

Setelah memperhatikan aspek yang penting dan juga mendorong implementasi [kesuksesan] program marketing online dalam hal ini melalui kanal media sosial, ada 7 hal utama yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pelaksanaan program marketing lewat kanal media sosial.:

1. Konsistensi nama akun media sosial

Seperti halnya domain website (*.com, *.web.id dll) yang tidak saja berfungsi sebagai alamat online dalam pencarian dan sentral kegiatan online, namun dalam perkembangan waktu bertransformasi juga sebagai branding di ranah online. Tidak terkecuali akun media sosial yang merupakan akses lain dari media online. Konsistensi penulisan nama akun (username, @) media sosial pun harus diperhatikan  agar tidak membingungkan konsumen saat mengakses berbagai akun media sosial, sekaligus menjadikannya sebagai penguat branding.

2. Karakterisitik fungsi tiap media sosial.

Penggunaan berbagai media sosial tidak saja menambah akses kanal komunikasi, namun juga menawarkan kustomisasi fungsi sesuai dengan karakteristik keungggulan dan karakterisik pengguna dari masing-masing media sosial. Jika penggunaan semua kanal media sosial dengan diisi konten yang sama dan juga dalam pendekatan sama (konten copy-paste), dapat menimbulkan kebosanan dan kebingungan konsumen yang mengakses beragam jenis media sosial yang berbeda sekaligus (contoh Twitter, Facebook, Youtube dll) dengan konten yang sama, akan tumpang tindih informasi yang sama dengan bahasa dan pendekatan komunikasi yang sama dari berbagai kanal tersebut. Hal ini tidak dimaksudkan menghilangkan konten penting yang harus ditampilkan pada semua media sosial, namun lebih ke arah diversifikasi pendekatannya yang lebih beragam [disesuaikan karakteristik media sosial dan penggunanya] dengan tetap konsisten pada tujuan dan pesan yang dikirimkan tetap sama. Pada saat bersamaan dengan respon konsumen yang tinggi, kanal media sosial pun tidak saja berfungsi sebagai kanal branding dan komunikasi saja namun juga melebar pada layanan konsumen. Pada titik ini bisa jadi titik kritis ketidaksiapan bagi beberapa brand dalam merespon konsumen dengan berbagai maksud dan tujuannya (bertanya, komplain dll).
Garuda pun akhirnya membuat akun twitter tambahan layanan pelanggan (@Garuda_Cares), akun untuk program promo @Garuda_Promo, akun untuk kategori khusus spt sponsor & fans klub bola Liverpool FC @LFCGaruda melengkapi akun perusahaan yang sudah ada u/ info umum (@IndonesiaGaruda). Begitu juga akun twitter OLX Indonesia (@OLX_Indonesia dan @OLXID_Care

3. Komunikasi dua arah (Web 2.0)

Media sosial bangkit dengan kekuatan web 2.0 yang memungkinkan komunikasi dua arah, yang memungkinakan pembaca (viewer) dapat cepat dan mendapat tempat dalam merespon status/informasi yang dibaca/dilihat. Media sosial pun menopang eksistensi komunikasi horisontal yang tentu memberi warna baru dari komunikasi vertikal seperti komunikasi iklan above the line dsb. Memang platform web 2.0 dalam hal ini media sosial berkembang cepat sebagai sarana untuk berkomunikasi yang lebih flat secara timbal balik dan cepat, sehangga dalam perkembangannya terus bertumbuh cepat dan membentuk jaringan yang semakin besar dan terus menjangkau kumpulan jejaring lainnya. Hal ini lah serta potensi meraih perhatian (awareness) dan sebagai media menjaga hubungan dengan pelanggan (customer engagement) yang menarik brand untuk terjun dalam progran marketing online melalui media sosial.

Berdasar pengamatan saya tidak semua media sosial brand yang eksis punya kebijakan [siap] untuk berinteraksi dengan konsumen (komunikasi dua arah) termasuk menampilkan saran/usul konsumen pada time line di luar program yang telah direncanakan. Berdasar pengamatan saya ada satu akun media sosial yang dapat dijadikan contoh dalam komunikasi dua arah salah satunya brand buah-buahan SunPride pada kanal akun twitternya @SunprideID yang turut memberi ruang gerak konsumen yang memberi informasi pada time line-nya baik dalam bentuk retweet ataupun respon melalui reply. Hal ini jauh lebih baik dari apa yg dilakukan oleh beberapa akun brand lain yang meski melakukan komunikasi dengan konsumennya melalui pertanyaan seperti curah pendapat terhadap tema hashtag (#) tertentu yang menjadi program aktifasi, setelah respon komentar-komentar yang masuk, kemudian hanya dibiarkan bertengger tanpa mendapat respon balik, yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah.

TwitPisangNadal
4. Kesiapan akses 24/7

Booming-nya internet membuka akses yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu (24/7, 24 jam selama 7 hari setiap minggunya). Karakteristik itu membuat demand konsumen yang melakukan kontak (bertanya atau mengajukan komplain) memiliki tuntutan respon yang cepat dan tepat. Saya pernah melakukan berapa kali kontak melalui akun resmi dari beberapa perusahaan nasional dan dunia sekalipun, namun tidak mendapatkan respon meski saat itu saya hanya memberikan saran konstruktif. Kesiapan 24/7 tidak saja membutuhkkan tindakan respon yang cepat, namun juga monitoring berkaitan dengan respon konsumen di media sosial dapat dipantau secara real-time. Brand minuman Gatorade di AS memiliki semaacm command room untuk memantau kondisi terkini dari respon dari stategi online marketing sampai di kanal media sosial sekalipun. Bahkan Twitter sendiri sekarang sudah menyediakan analytics tool-nya untuk keperluan monitoring aktivitas twitter kita beserta pengukuran dan perhitungan responnya seperti contoh tampilan di bawah ini:

ContohTwittrAnalytcs640x302

Kesiapan 24/7 lebih diutamakan untuk bisnis dengan karakteristik operasional 24/7 termasuk lintas waktu (lintas negara) salah satunya bisnis penerbangan, pelayaran, perdagangan internasional. Selama ini untuk bisnis lainnya diterapkan jam operasional untuk respon layanan pelanggan (customer care) mengikuti jam operasional kerja (hari dan jam kerja).

5. Pendekatan responsif dan humanis.

Dalam komunikasi dengan follower, pola  komunukasinya pun sebagaimana karakteristik media sosial yang flat (horisontal) casual (tidak kaku) dan komunikasi timbal balik memberi ruang konsumen untuk merespon (web 2.0). Media sosial pun tidak bisa tidak hanya berkisar pada program marketing. Komunikasi timbal balik (web 2.0) memungkin konsumen untuk merespon (baik dlm bentuk saran, pertanyaan atau keluhan). Untuk layanan pelanggan melalui media sosial setelah komunikasi responsif dilakukan dengan tidak lupa untuk memberi nama dari petugas CS yang bertugas (yang berkomunikasi saat itu). Hal ini diterapakan dengan baik oleh CS Garuda pada akun (@Garuda_Cares) dan @LazadaID.

6. Otentik (Authentic)

Dalam istilah komunikasi, otentik (authentic) dimaksudkan apa yang disampaikan apa adanya, tulus dan tidak ada kepura-puraan. Dalam hal ini jika bisnis UKM atau start-up biasanya komunikasi ditangani langsung oleh sang pemilik. Boleh dikatakan sang pemilik/pendiri yang tahu DNA (roh-nya) bisnis dan perusahaan yang dipimpin yang secara langsung maupun tidak langsung harus dijaga dalam strategi brandingnya juga. Biasanya untuk bisnis dan perusahaan yang telah berkembang dengan ukuran besar. Penanganan dan operasionalnya tidak selalu oleh sang pemilik. Tantangannya bagaimana karyawan yang bertugas dapat meresapi DNA bisnis dan perusahaannya dalam menjalankan komunikasi brandingnya dan dalam akun media sosial akan sangat nyata terlihat (dalam bentuk komunikasi timbal balik). Lalu bagaimana caranya, salah satunya lewat dengan budaya perusahaan dimana didalamnya ada nilai-nilai, visi perusahaan. Disisi lain dalam branding, strategi ini dapat diterapkan untuk level perorangan (personal branding) yang lazim bagi figur publik (artis, pengarang, politikus, tokoh, olah ragawan dll). Era keterbukaan dan partisipasi dalam komunikasi yang menjadi horisontal ini, para figur publik pun membuka kanal komunikasi via media sosial. Namun lantaran kesibukan dan keengganan untuk meluangkan waktu berkomunikasi dengan followernya, komunikasi figur publik pun ditangani oleh tim (admin). Ini seperti yang terlihat beberapa tahun terakhir seperti pada akun twitter @BarackObama yang ditangani oleh admin.

.

Memang tidak salah, namun keterbatasan untuk berkomunikasi lugas dan timbal balik dengan spontan menjadi hambatan untuk menjadikan kanal media sosial yang mendekatkan diri dengan follower dalam komunikasi yang riil, apa adanya, bebas dari formalitas dan tentu saja konstrain waktu dalam merespon. Baru beberapa waktu kemudian sang presiden bisa langsung ngetwit sendiri dengan akun @POTUS sesuai dengan callsign sang presiden yang biasa diberikan oleh pengawalnya Secret Service. Simak twitnya pertama per tanggal 18 Mei 2015

7. Relevansi

Sama seperti pendekatan komunikasi lainnya, relevansi merupakan bagian yang strategis. Dalam hal ini relevansi yang dimaksud tidak saja dari sisi konten (what) namun relevan pada siapa target market viewer/konsumer (who), cara pendekatannya (how), waktu (when dan where) saat komunikasi dilakukan ada alasan yang tepat (why) pendekatan-pendekatan di atas di lakukan.
Kalau berbicara tentang konteks secara keseluruhan aspek di atas sudah banyak contoh dapat dilihat penerapannya oleh brand-brand dalam implementasi pendekatan media sosial mereka. Mulai dari pemanfaatan berbagai media (video, infografik) dengan berbagai konten (inspirasi, informasi, tips dll), relevasi kebutuhan sehari-hari (frekuensi keberadaan aktifitas harian: pagi, siang, sore dan malam), menyambut season2x tertentu (akhir pekan, hari besar, libur panjang), aktualisasi diri yang relevan dengan semangat dan interest target market (hobi, program sosial) dsb.

Bahkan produsen minuman Coca Cola di Indonesia mempunyai semacam tim (in house social media team) dan lab tempat riset untuk keperluan melihat tren apa yang menjadi perhatian khalayak yang juga menjadi perhatian konsumennya sebagai target marketnya. Pendekatan melihat apa yang terjadi dengan segala aspek sosial bisa dibilang mirip (mengadopsi) pendekatan etnography dalam menyusun strategi target market pada program marketing (branding dll).

Serta dalam kondisi kritis pun (bencana), melalui kanal media sosial yang layaknya mitra komunikasi di media sosial hadir dalam konteks relasi emosional berkaitan bencana atau kecelakaan yang terjadi. Bahkan pada saat kondisi kritis tersebut, informasi yang tidak relevan namun pada waktu dan ruang lingkup tidak tepat akan mendapat protes dari netters, seperti contoh kejadian beberapa saat Malaysia Airlines MH17 jatuh di daerah Ukrania (daerah konflik antara Ukrania dan pemberontak). Saat itu dugaan sementara pesawat terkena misil. Beberapa saat setelah kejadian ada suatu tweet dari suatu maskapai ( klik ) detail beritanya) yg sdg terbang mengabarkan bahwa maskapai tersebut tidak melalui jalur rute wilayah udara Ukrania tersebut. Meskipun tidak ada relevansi langsung dengan kejadian MH17, namun konteks waktu yang tidak tepat itu lah yang membuat twit tersebut diprotes dan ditarik disertai permohonan maaf.

Pada akhirnya, jelas masih banyak poin-poin yng perlu diperhatikan. Namun dengan memperhaikan 7 hal di atas, membantu dalam mengarahkan kembali operasional strategi marketing melalui kanal sosial media. Penerapannya akan selalu berhubungan dengan konteks, kondisi di lapangan berikut karakteristik produk, brand, market, market, aspek lainnya. Kuncinya peka terhadap perubahan dan terus berinovasi.

Di bawah ini ditampilkan beberapa contoh dari beberapa poin di atas, tweet embeded dari berbagai akun sebagai berikut:

i. Contoh Pendekatan responsif dan humanis, sekaligus relevan

Pendekatan responsif dan humanis dari Liverpoll FC atas twit di bawah ini:

ii. Contoh Komunikasi Dua Arah

iii. Contoh Komunikasi Otentik.

Berita tentang respon pesepak bola David Luiz atas surat dari anak berumur 9 tahun yang menguatkan David untuk tidak bersedih dapat dilihat pada tautan ini.

iv. Beberapa twit dgn info, pesan inspiratif, kocak komunikatif dll

Komunikasi periodik pagi, siang dan malam lengkap dengan kondisi cuacu dan foto spot menarik kota Istambul Turki oleh biro pariwisata kota Istambul.

Pesan inspiratif dari Nike

Komunikatif, responsif sekaligus kocak 🙂

*Keterangan foto artikel di atas: captured dari akun twitter @Garuda_Cares

Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade. Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman  di perusahaan multinasional dan nasional pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen serta iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di  kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada www.jmzacharias.com .  Anda dapat mengubungi melalui tautan kami.

Byjmzachariascom

[ Product Review ] Film Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2)

Saya berkesempatan menonton pemutaran perdana film Rudy Habibie. Menulis review film ini bukannya tanpa alasan, selain satu minggu sebelumnya saya menulis artikel tentang Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie serta kali ini berkaitan dengan film Rudy Habibie ini saya menulisnya dalam bingkai film review sebagai product review sehingga bisa hadir pada portal ini. Review film pada alenia berikutnya tidak membahas cerita dengan maksud menghindari spoiler, namun lebih pada unsur-unsur , teknik bagian-bagian dari film yg membuat cerita terinspirasi dari kisah (inspired by true story) ini menjadi hidup dan layak ditonton. Dan review ini dibuat dari sudut pandang pribadi sebagai penonton sebagaimana layaknya user dalam hubungannya dengan produk dalam hal ini film, yang tidak hanya baik dari sisi kualitas saja namun juga bagiamana aspek dalam menyentuh sisi user experience-nya.

Adegan dibuka langsung menaikan tensi ketegangan. Surprise! Seru! Menarik penonton untuk langsung fokus sejak menit pertama dan digarap dengan bagus diluar dugaan saya dan saya tidak bisa mengatakan pada setting apa adegan tersebut. Pengalaman saya (menyaksikan adegan pertama pembuka film) yang surprise ini mirip dengan pengalaman membaca buku The Astronout Wives Club kisah istri astonot yang juga pilot pesawat tempur, tensi ketegangan bahkan sudah muncul di halaman 1. Ini bukan hanya bicara tentang menaruh adegan menegangkan sebagai pembuka, namun yang lebih penting untuk dilihat bagaimana menggarapnya sekaligus mengkontruksikan alur naik turunnya emosi, ketegangan dll secara keseluruhan. Itu yang menarik dari film Rudy Habibie ini.

Kekuatan dari dari film Rudy Habibie ini, tidak terpaku pada kekuatan dialog saja, namun berpadu dengan ekspresi tanpa dialog yang didukung dengan rentetan adegan sebelumnya serta setting lokasi dan musik. Musik mengisi rongga saat suasana terbangun baik melalaui dialog, ekspresi dipadu dengan sudut pengambilan gambar yang bergerak dinamis yang memperkuat dari pesan yang ingin disampaikan pada penonton. Visual penonton dimanjakan komposisi set yang ada, juga tata gerak (koreografi) serta dengan fashion yang digunakan para pemeran dan yang menarik perhatian saya fashion mode eropa dari Illona, saya sampai mencatat kombinasi warna baret, syal, mantel dan blus untuk beberapa adegan. Selain setting lokasi, komposisi dan sudut pengambilan gambar, sisi properti pun mampu membawa suasana ke masa lampau dengan setting di Jerman. Keren! Apalagi saya baru tahu kemudian ada beberapa setting lokasi Jerman yang dibuat di Yogyakarta, Indonesia.
Film ini digarap detail sejak menit pertama dan berkesinambungan sampai pada menit terakhir. Mengapa saya katakan detail dan berkesinambungan, teknik kamera dalam mengambil fokus spot obyek khusus seperti kitab suci Al Qur’an, apel yang sudah digigit sedikit dll ini menjadi asosiasi sekaligus jembatan yang menghubungkan dengan adegan sebelumnya/berikutnya. Iya, tadi saya katakan obyek tersebut sebagai asosiasi karena penggambarannya visual tanpa dukungan dialog verbal namun mudah ‘nancep’ di benak penonton untuk menyambung (sebagai jembatan) untuk menjaga alur kesatuan pesan dari beberapa adegan lainnya. Saya sempat mengingat frekuensi spot khusus pada obyek buku dan Al Qur’an, apel yang sudah digigit sedikit masing-masing dua kali dalam waktu berbeda-beda. Bersumber dari cerita masa kecil dan masa muda Habibie yang ditulis pada buku Rudy Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner, membuat film ini harus mampu untuk membawa keseruan dan pesan dari buku itu dalam sebuah panggung audi visual besar namun dengan kendala waktu. Alur cerita dibagi adegan-adegan yang berkorelasi meski tidak harus pada runtutan adegean yang berurutan. Di sisi inilah penulisan skenario ditulis dengan detail untuk menciptakan benang merah hubungan antar adegan yang tidak berurutan tersebut, seperti dua adegan pertemuan Rudy dengan Romo Mangun, beberapa adegan berkaitan dengan kopi serta batik yang ditampilkan secara smooth.
Teknik spot visual pada obyek khusus dan beberapa tokoh peran yang menemani alur cerita tidak bisa seratus persen dituangkan semua, namun kemunculannya pada adegan memberi tanda (marking) pada keseluruhan cerita dan sudah cukup membantu untuk mendapat konstruksi kisah dengan proporsional. Kalau mau mendapat gambaran secara lebih utuh, membaca buku Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner menjadi opsi selanjutnya.

Kekuatan dialog pun terpancar dari pemilihan frasa kata dan ritme pengucapannya dalam beberapa kalimat yang bisa menjadi inspirasi, renungan yang sekaligus bisa mengaduk-aduk emosi baik sedih, gembira, kocak, takut, tegang, berpikir keras – semua jadi satu membantu peralihan dari satu adegan tegang, kocak, kemudian mejadi tegang dengan pola yang bervariasi. Menarik sekaligus membuat mengikuti film berdurasi 142 menit tanpa ada perasaan bosan. Perasaan semua campur aduk dalam suatu frame waktu tertentu, kalau diibaratkan seperti naik roller coaster seru semua jadi satu!
Bicara pada kekuatan dialog tidak lepas juga, ungkapan dan frasa spontan yang menjadi penanda kekuatan di masing-masing karakter. Sebagaimana film biasanya, setiap peran mempunyai karakternya masing-masing dan sudah pasti berbeda atau unik. Menariknya yang mendapat perhatian saya, ada satu peran dengan karakter yang lucu, namun pada adegan lainnya karakter tersebut bisa menjadi sangat serius dalam setting konflik. Ini menarik, dalam arti dinamika perubahan pembawaannya ada namun tidak sampai merusak potret karakternya.

Perpindahan adegan dengan setting lokasi yang berbeda-beda (setting lokasi saat masa kecil di Pare-Pare, Gorontalo, Bandung dan masa kuliah saat di Jerman), dilakukan smooth sehingga meski dalam waktu cepat penonton bisa dibawa terbang kembali melalui ‘terowongan waktu’menuju setting antar waktu tersebut, namun tidak memutuskan konteks cerita dari adegan utama pada waktu tersebut. Penonton dibawa ke adegan pada setting waktu lain untuk memperkuat pesan yang ingin diberikan pada adegan utama tertentu. Pada film ini selain seperti yang saya katakana sebelumnya disusun detail juga cermat dalam melihat pada adegan-adegan mana, penguatan frasa tertentu yang menjadi ispirasi utama dari kisah ini. Ilustrasi musik film ini bak layer/lapisan lembut namun kuat bingkai suasana happy, tegang, sedih dll.

Setting lokasi dan adegan pada film ini sungguh komplit mulai dari yang berbubungan dengan alam desa, perang, nilai dan suasana kekeluargaan dan sosial kemasyarakatan, serta pemandangan alam di negeri yang jauh, Jerman lengkap dengan geografisnya yang sangat berbeda (sub-tropis, salju), sosial kemasyarakatan, profesional kerja, perjuangan terhadap tantangan , kehidupan pendidikan, romantika, pergerakan pelajar di Eropa berikut kebhinekaan dalam bingkai nasionaliems sampai pada persinggungan toleransi bergama dalam konteks hormat menghormati dalam menjalankan ibadah. Berikut trailer Film Rudy Habibie (sumber: MD Pictures)


trailer Film Rudy Habibie (sumber: MD Pictures via youtube.com)

Kebetulan sebelum menonton film Rudy Habibie, saya sudah membaca buku Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner juga sehingga saya tahu betul frame-frame utama yang menjadi platform cerita ini. Biasanya untuk film-film yang diangkat dari buku/novel,muncul keraguan akan kemungkinan cerita diangkat ke layar lebar gagal untuk menyamai kesuksesan (ekspetasi) pembaca buku/novel edisi cetaknya. Keraguan itu wajar karena keterbatasan waktu dan ruang dalam memfasilitasi semua stake holder (pemangku kepentingan) dalam memproduksi film. Khusus untuk Film Rudy Habibie berbeda dan unik. Fenomena membandingkan film dengan buku/novel yang menjadi sumber cerita, tidak berlaku dalam Film Rudy Habibie dan Buku Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner. Mengapa? Karena film Rudi Habibie dan buku Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner sama-sama punya keunggulannya masing-masing. Ke dua entitas ini (film dan buku) bisa saling melengkapi (komplementer). Itu relasi yang paling tepat menggambarkan film Rudy Habibie dan buku Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner.
Sehingga dalam kondisi apapun ke dua hasil karya ini bisa dinikmati, baik sebagai karya yang berdiri sendiri maupun sebagai karya yang saling komplementer dan dapat dinikmati dengan urutan proses berbeda-beda. Bisa membaca versi bukunya dulu, baru menonton filmnya atau kebalikannya. Dengan demikian bagi yang belum membaca buku Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner, bisa langsung nonton film Rudy Habibie. Kemudian kalau ada hal yang ingin diketahui lebih jauh bisa membaca buku Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner. Bagi yang sudah baca buku Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner, jika nonton film Habibie akan mendapat sesuatu yang baru dari kisah Rudy Habibie tersebut. Bahkan kalau belum ketemu, bisa kembali membaca bukunya atau menonton kembali filmnya. Itu yang saya sebut saling melengkapi (komplementer). Satu hal lain yang perlu digarisbawahi film Rudy Habibie ini merupakan ‘inspiredby true story’ dan buku Rudy-Kisah Masa Muda Sang Visioner based on true story. Lepas dari itu, salah satu indikator lain dari kesuksesan film, setelah selesai menonton masih meninggalkan rasa ingin tahu tentang suatu hal dari film itu dan itu bisa mendorong adanya diskusi atau percakapan yang nantinya menjadi Word-of-Mouth dan bila medianya internet sperti lewat blog dan media sosial membuat pembahasan berkaitan film ini menjadi viral.

Film Rudy Habibie ini kaya dan berdimensi luas, menceritakan kisah dengan inpirasinya. Tidak itu saja, film Rudy Habibie ini juga memberi nilai pelajaran sekaligus pengalaman yang bagi generasi muda. Satu lagi, untuk setiap film yang keren dan memberi kesan mendalam, saya selalu ingat pada adegan tertentu yang jadi ikon/signature dari film itu di benak saya seperti salah satunya adegan di stasiun itu.
Begitu film berakhir, khusus untuk karya film yang bagus, saya selalu duduk dan melihat siapa-siapa pendukung film sampai akhir sekaligus sebagai wujud apresiasi atas peran mereka (kru film). Di saat penonton sudah banyak meninggalkan theater, menariknya, setelah itu ada adegan pemeran utama berlari (durasi sekitar 60-90 detik), kontan ada 2 orang penonton bioskop yang sedang menuruni anak tangga theater berhenti di sebelah tepat dimana saya masih duduk! Jadi waktu itu tinggal 3 orang penonton yang masih setia mengamati apa yang ditampilkan setelah nama kru pendukung ditampilkan. Rupanya ada kejutan sedikit info tentang rencana ke depan. Seperti apa? Makanya nonton sampai habis ya 🙂

*image credit: foto saat menunggu sebelum masuk menonton Film Rudy Habibie

Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade. Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman di perusahaan multinasional, nasional serta startup pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen serta iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada JMZacharias.Com Strategi Bisnis & Teknologi . Anda dapat mengubungi melalui tautan kami.

Byjmzachariascom

Cerita dibalik Brand Kondang. 9 Tips Ampuh Menentukan Nama Brand dan Perusahaan.

Brand-brand kondang tidak asing di telinga kita. Namannya selalu muncul dalam benak kita (top of mind) jika berhungan dengan asosiasi kata, bunyi, aroma, bentuk fisik benda tertentu, itu tidak lepas dari brand equity-nya yang tinggi yang dirawat lewat program marketing dan pembuktian pengalaman dalam rentang waktu yang tidak singkat (penuh proses dan kerja keras). Melihat brand berikut nama perusahaan tidak lepas dari proses historisnya. Dimana pada awalnya sejak berdirinya perusahaan yang bergerak pada bidang dan usaha baru, nama perusahaan biasanya menjadi lokomotif promosi produk yang dihasilkan. Boleh dikatakan belum ada diversifikasi baik dari sisi fitur, segmen berikut brand-nya pada masa itu. Dengan single brand tersebut, pada awalnya nama brand produk pun biasanya diambil dari nama perusahaan. Sehingga brand tersebut bak melewati lorong waktu bagi pembuktiannya sebagai ‘jiwa’ dari suatu produk dan tinggal di benak konsumen. Berikut bagaimana cara, sejarahnya, proses terciptanya nama brand-brand terkenal, simak 9 tips ampuh menentukan nama brand dan perusahaan:

1. Nama pendirinya.
Telah disinggung sebelumnya mengapa pada proses historisnya brand besar memilik nama brand yang identik dengan nama perusahaannya. Nama perusahaan pun juga merupakan bagian dari kegiatan branding, yang perannya saling menguatkan dengan brand produk. Bill Hewlett dan Dave Packard (pendiri HP) pun bersepakat untuk menggunakan nama mereka sebagai nama perusahaan lewat mengundi koin untuk memutuskan nama perusahaan mereka Hewlett-Packard atau Packard-Hewlett. Fenomena memasukan unsur nama pendiri pada nama perusahaan juga dilakukan oleh perusahaan Jepang. Namun para pengusaha Jepang ini lebih jitu dalam meramu nama keluarga mereka yang cenderung sangat Jepang ke dalam formula nama perusahaan yang dapat diterima oleh konsumen di luar Jepang, seperti Bridgestone, Mazda, Toyota dll.
Bridgestone merupakan gabungan nama pendirinya Ishibashi. Dalam bahasa Jepang Ishi (Stone) & Hashi/Bashi (Bridge). Brand Mazda merupakan adaptasi dari nama pendirinya Matsuda sedangkan Toyota berasal dari nama keluarga pendirinya Toyoda. Pada produksi awal kendaraan yang diproduksi dengan brand TOYODA. Baru tahun 1936, perusahaan menggunakan logo dan brand baru yang dikenal Toyota. Transisi dari brand Toyoda ke Toyota, disebabkan pada sisi penulisan dalam aksara Jepang bunyi huruf tanpa konsonan lebih menarik dibandigkan bunyi dengan konsonan. serta merujuk pada konsep jikaku (penghitungan jumlah goresan pada penulisan aksara Jeppang untuk menentukan keberuntungan) dengan 8 gores dapat diasosikan kekayaan dan keberuntungan.

2. Singkatan dari beberapa unsur yang saling terkait.
Membuat nama perusahaan yang kemudian menjadi brand seperti contoh sebelumnya yakni menggunakan nama keluarga dengan maksud menanamkan identitas pendiri sebagai makna historis dibalik nama perusahaan dan brand tersebut. Beberapa unsur yang terkait dengan sejarah pendirian nama perusahaan/brand juga menjadi pilihan untuk merangkumnya dalam singkatan yang membentuk kata yang enak dilihat dan didengar. Ambil contoh IKEA, perusahaan furniture yang berdiri tahun 1926 ini, menggunakan inisial nama pendirinya (Ingvar Kamprad), huruf depan dari tempat ia dibesarkan sebuah peternakan (Elmtaryd) pada desa kecil (Agunnaryd).
Hal ini mirip dengan brand souvenir JOGER Bali. Brand Joger merupakan singkatan dari nama depan sang pemilik JOseph (Joseph ) dengan nama depan teman sekolahnya di Hotel Fachscule Jerman dulu, yang bernama GERhard Seeger yang menghadiahi kado pernikahan uang sebesar US $ 20.000 untuk mengembangkan ‘Art & Batik Shop Joger’.

3. Nama tempat atau ikon suatu tempat
Nama tempat atau ikon (landmark) juga dapat digunakan untuk asosiasi historis dimana suatu bisnis dimulai. Teknik adopsi nama terebut pada brand disesuiakan pertimbangan ergonomi, asosiasi emosional dalam bentuk pengucapan, konteks visual dan beberapa faktor lainnya. Seperti contoh nama perusahaan Adobe berasal dari nama sungai (Adobe creek) yang mengalir di belakang rumah pendiri Adobe John Warnock. Brand CISCO diadopsi dari nama San FranCISCO dan logonya (siluet rangka jembatan Golden Gate) didapat saat pendirinya mengemudi mobil menuju Sacramento untuk proses pendaftaran perusahaan, dimana saat itu jembatan Golden Gate terlihat yang disinari matahari.

4. Hal yang relevan dengan produk & layanannya.
Bagaimana produk itu dibuat serta dalam bidang apa perusahaan akan memfokuskan keunggulan komparatifnya juga mengilhami para pendiri perusahaan dalam memberi nama perusahaan. Semula pendiri Intel Bob Noyce dan Gordon Moore ingin memberi nama perusahaan mereka Moore Noyce namun nama tersebut telah dimiliki (terdaftar) oleh jaringan hotel dan terdengar sama dengan dengan penyebutan kata More Noise yang dalam istilah elektronik kata noise berkanotasi gangguan sinyal (bad interference), sehingga mereka mengantinya dengan akronim INTEL (INTegrated ELectronics).
Saat akan menandatangi kontrak lisensi pemograman BASIC dengan mitranya, Bill Gates dan Paul Allen tersadar bahwa mereka harus punya nama perusahaan. Mereka sempat mempertimbangkan Allen & Gates, namun terdengar seperti kantor pengacara. Lalu Paul Allen memiliki ide MICRO-SOFT yang merupakan gabungan kata MICROprocessor dan SOFTware, yang kemudian sesuai transisi penulisannya dari waktu ke waktu menjadi MicroSoft (dua kata tersebut disambung dengan dua huruf besar) dan kemudian menjadi Microsoft yang melebur menjadi satu kesatuan kata.

5. Rutinitas.
Kegiata dalam hal ini proses kreatif dalam penciptaan suatu produk juga menjadi ide pengingat ‘jembatan’ asosiasi yang tertanam dalam suatu brand yang diciptakan. Contohnya brand bahasa pemograman komputer JAVA ini semula disebut Oak oleh penciptanya James Gosling. Oak, sejenis pohon yang berdiri di luar jendelanya. Namun kemudian Kepala Tim programer harus mencari nama pengganti bahasa pemograman yang unik, Java dipilih berasal dari jenis kopi yang diminum programer. *Java Coffee merupakan signature coffee yang berasal dari Asia tepatnya Java Island (Pulau Jawa Indonesia!).

6. Visi
Proses berdirinya suatu perusahaan tidak bisa dilepaskan dengan seperti apa visi yang diinginkan , mengarahkan perusahaan tersebut untuk berkembang menyongsong masa depan. Brand Panasonic diciptakan pada tahun 1955, digunakan pertama kali sebagai brand audio speakers. PANASONIC merupakan kombinasi dari “PAN” dan “SONIC” yang mengandung arti membawa suara (SONIC) ciptaan perusahaan ke dunia. Sejak 2008, Panasonic digunakan sebagai brand korporasi yang merepresentasikan perusahaan, produk and service.
Volkswagen secara literal diasosiasikan sebagai terminologi ‘mobil rakyat’, suatu program yang dicetuskan oleh Adolf Hitler. Nama ìVolkswagenî berasal dari terjemahan bebas kata ìVolksî berarti ìrakyat/orang kebanyakanî dan ìwagenî diterjemahkan sebagai mobil Volkswagen mulai pada awal tahun 1930, saat Adolf Hitler bercita-cita mengembangkan mobil yang dapat terjangkau oleh sebagai besar penduduk Jerman. Pada tahun 1933, dengan banyak proyek dalam pengembangan atau pada tahap awal produksi, Adolf Hitler mendeklarasikan keinginananya untuk negara mensponsori program Volkswagen. Visi Hitler mobil rakyat ini berkemampuan standar sebagai kendaraan tranpor untuk dua orang dewasa dan tiga anak dengan kecepatan 100 km/jam (62 mil/jam).

7. Karakter dan fungsi produk
Perwujudan karakter tertentu yang merepresentasikan fungsi dan keunggulan suatu produk juga dapat digunakan sebagai ide dalam menyusun nama brand. Samsonite diadopsi dari nama tokoh Samson (Simson) yang melambangkan kekuatan. Nama perusahaan dan brand VODAFONE merupakan akronim dari kata VOice, DAta, TeleFONE yang dipilih perusahaan untuk merefleksikan ketersediaan layanan suara dan data melalui telepon.
SONY VAIO merupakan kepanjangan dari Visual Audio Intelligent Organizer
-[NTT Docomo] NTT Docomo operator telekomunikasi di Jepang, memakai kata DOCOMO yg mrp singkatan dari DO COmmunication MObile. Docomo dalam bahasa Jepang juga berarti dimana saja (mobile).

8. Filosofi dan Harapan
Filosofi erat kaitannya dengan nilai apa yang mendasari dalam perjalanan suatu perusahaan termasuk sesuatu yang menjadi spirit. Hal ini juga mengapa Nike digunakan sebagai nama perusahaan sekaligus brand produknya. Kata Nike (berarti Kemenangan dalam bahasa Yunani) didapat oleh seorang karyawannya saat terbangun di tengah malam.
Pendiri bisnis Brownies Amanda mempunyai harapan yang terbaik untuk perusahaan berikut bisnisnya. AMANDA merupakan singkatan Anak MANtu DAmai. Dan diharapkan pula harapan tersebut menjadi dasar/filosofinya untuk menjalankan bisnis & keluarga dengan harmoni (damai).

9. Momentum Peristiwa
Peristiwa besar yang terjadi saat itu yang menjadi nama brand bisa penanda tonggak berdirinya suatu usaha dan diharapkan spirit dari momentum peristiwa besar tersebut dapat berkontribusi positif bagi brand usaha tersebut.
Seperti halnya rumah makan Warung AMPERA, jaringan rumah makan yang berasal dari Bandung. Kata AMPERA diadopsi dari peristiwa Amanat Penderitaan Rakya (AMPERA tahun 1966), dimana ada nilai historisnya saat warung tersebut (di Bandung) pernah menjadi tempat makan mahasiswa yg demo saat itu.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman latarbelakang terbentuknya suatu nama perusahaan atau nama brand di atas, proses penentuan (penciptaan) nama perusahaan/nama brand tidak serta merta hanya bicara pada subyektifitas selera semata, namun terkait dengan banyak faktor adakah nilai-nilai yang ingin menjadi bagian dari nama brand berikut unsur historis lainnya. Pertimbangan berikutnya, dengan menguji sejauh mana brand memberi persepsi positif atau setidaknya nama brand tersebut sejak awal mula tidak mempunyai muatan persepsi negatif. Persepsi negatif bisa terkait dengan sosial budaya masyarakat setempat, lokal. Semakin besar atau luas target market produk, patut dipertimbangkan aspek sosial budaya mulai dari lingkup kecil yang homogen sampai lingkup besar seperti negara yang multi kultural adat budayanya. Karena dengan perbedaaan kandungan budaya, menjadi beraneka ragam cara memandang (persepsi) suatu brand dalam contoh kasus suatu brand global, mulai dari cara penulisanan nama brand (khususnya pada negara yang aksara tulisan unik dengan suku kata berbeda (contoh tulisan mandarin, huruf kanji, hindi dll) berbeda dengan aksara latin seperti yang lazim di negara barat dan amerika), tidak itu saja dalam pengucapannya berikut aksennya pun bisa berbeda-beda. Meski William Shakespeare megatakan apa arti sebuah nama. Namun jika ada yang salah dengan nama brand Anda (persepsi dll), beban yang Anda tanggung sudah ada pada detik awal bisnis Anda dimulai.

*image credit: tigger11th-freedigitalphotos.net

Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade. Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman di perusahaan multinasional, nasional serta startup pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen serta iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada JMZacharias.Com Strategi Bisnis & Teknologi . Anda dapat mengubungi melalui tautan kami.