Baru saja BlackBerry Messanger (BBM) diluncurkan untuk ponsel iPhone dan ponsel berbasis Android (20-21 September 2013). Peristiwa ini mengingatkan saya hampir satu dekade, tepatnya tahun 2004 saya ditugaskan ke Singapura belajar implementasi aplikasi BlackBerry pada ponsel Siemens dan mempersiapkan fitur BlackBerry pada Siemens SK65 bersama operator telekomunikasi di tanah air. Saat itu BlackBerry belum memiliki handset sendiri masih berupa aplikasi pada ponsel Siemens SK65, Nokia 6810 dan Ericsson P900. Pada fase perdana aplikasinya masih terbatas pada BlackBerry Enterprise Service (BES) dengan fitur andalannya push email. Kerjasama erat tiga entitas (vendor ponsel, BlackBerry dan operator telekomunikasi) mendukung layanan push email pada konsumen korporasi memberi harapan akan berkembangnya layanan BlackBerry ini. Saat itu ketiga vendor ponsel tersebut seragam menggunakan layanan push email BlackBerry ini sebagai fitur andalan mereka dalam kampanye marketing. Mirip saat Facebook sedang booming dimana kampanye marketing vendor ponsel menggunakan Facebook untuk memikat konsumen.
Kehadiran fitur BBM merupakan terobosan layanan push email dengan dukungan tiga vendor ponsel pada fase awalnya, ternyata hanyalah merupakan “pemanasan” BlackBerry untuk benar-benar hadir sebagai vendor ponsel dengan fitur aplikasi BBM dan BES-nya yang terintegrasi pada handsetnya yang saat itu cukup besar dan tebal mirip kalkulator. Kemudian berlanjut dengan desain handset BlackBerry berikutnya yang mulai enak dipandang terus dengan desain menarik sebagaimana yang ada di pasaran.
Ada kemiripan strategi BlackBerry melakukan “pemasanan” kesiapan produknya dengan strategi kerjasama bundlling aplikasi dengan vendor ponsel, seperti langkah Apple mempersiapkan iPhone-nya. Sejatinya produk iPhone ini muncul dari kekhawatiran Steve Jobs akan masa depan iPod. Steve Jobs berpendapat bila Apple tidak masuk ke pasar ponsel maka iPod cepat atau lambat akan dilibas dengan aneka ponsel pintar lengkap dengan fitur alat pemutar musik. Ini lah yang melatarbelakangi Steve Job mempersiapkan Apple untuk masuk ke pasar ponsel. Realisasinya dimulai dengan inisiatif Steve Jobs untuk berkerjasama menyediakan fitur iPod pendamping pada ponsel andalan Motorla RAZR saat itu. Dan lahirlah Motorola ROKR dengan andalan pemutur musik. Tidak ada kelanjutan kerjasama setelah itu. Apple kemudian mulai masuk pasar ponsel dengan produk sendiri iPhone.
Cukup lama ponsel BlackBerry hadir mendominasi pasar smartphone bersama Nokia dan Sony Ericsson sebelum posisinya digoyang hadirnya iPhone dan smartphone berbasis Android. Keterikatan (engagement) pengguna Blackberry pada group chat beserta kontak BBM menjadikan BlackBerry bertahan cukup lama. Di sisi lain penonaktifan BBM juga terjadi lantaran pengguna mengganti ponsel BlackBerry dengan handset merek lain. Konsekuensi hal ini tidak saja mempengaruhi penjualan handset baru BlackBerry, juga menggerus pendapatan paket data layanan berlangganan dengan operator telekomunikasi.
Akhirnya BlackBerry menempuh strategi jitu dengan melepas eklusifitas aplikasi BlackBerry untuk dapat beroperasi lintras platform pada ponsel vendor lain seperti iPhone dan ponsel berbasis Android. Langkah ini tidak saja membantu menjaga pengguna BlackBerry Messanger untuk tetap eksis, mengontrol tingkat retensi/churn rate-nya namun juga membuka kesempatan target market baru pengguna ponsel merek lain untuk mengaktifkan layanan BBM. Strategi ini cukup memberi harapan dan juga pelajaran best practice bagaimana pada kondisi kritis daripada tetap berdarah-darah berkompetisi head-to-head lebih baik berkompetisi tidak langsung atau berkolaborasi ala pendekatan Blue Ocean Strategy.
Selamat Berjumpa Kembali BlackBerry Messanger !
*gambar/foto:blackberry site
Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade. Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman di perusahaan multinasional, nasional serta startup pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen serta iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada JMZacharias.Com Strategi Bisnis & Teknologi . Anda dapat mengubungi melalui tautan kami.
Tepat 20 September 2013, Apple berencana meluncurkan produk iPhone generasi terbarunya iPhone 5S & iPhone 5C. Seperti biasa terobosan fitur baru dari produk premium smartphone ala iPhone terbaru ini yang menjadi pernak-pernik gegap gempitanya peluncuran produk Apple. Kali ini ada gebrakan lain dari strategi pemasaran iPhone saat meluncurkan iPhone 5C. Mengapa iPhone 5C cukup menarik perhatian, tidak lain pendekatan strategi berbeda dibandingan produk iPhone lainnya seperti:
1. Budget Phone.
Menarik untuk dicermati ponsel dengan penutup berbahan polycarbonat ini di tawarkan dalam harga yang lebih rendah dari produk iPhone (premium) lainnya sekitar 99 Dolar AS (16 GB) dengan skema kontrak layanan dengan operator telekomunikasi dalam periode dua tahun.
2. Aneka warna cerah (lima warna) .
Menyajikan pilihan warna yang lebih banyak dibanding produk iPhone lainnnya. Pilihan warna cerah seperti putih, biru, hijau, kuning dan pink ini, memperkuat kesan iPhone 5C ditujukan pada segmen kelas anak muda.
Melihat ke dua terobosan pendekataan di atas, memang berbeda dengan arah dan kebijakan Apple dibawah kendali Steve Jobs, dimana produk Apple dengan warna dan material yang mendukung iPhone sebagai produk premium. Smartphone iPhone yang saat itu masuk pada pasar ponsel dengan mengusung dominasi layar sentuh multi-touch dengan desain yang elegan menawarkan simplicity menjawab kerumitan yang ditemui pada ponsel saat itu. Meski segmen produk premium dengan market size yang masih kecil. Dengan penjualan produk iPhone terus menunjukkan tren positif selama beberapa seri dari produk iPhone, Steve Jobs mantap dengan pilihan iPhone sebagai produk premium. Sebagaimana yang dikatakannya bahwa meski market share masih kecil namun jika nilainya merupakan sesuatu yang signifikan. Perhitungan dan pilihan strategi yang logis pada produk premium, yang mempunyai karakteristik profit besar dengan jumlah produk diserap pasar seperti proporsi pada piramida paling atas.
Babak seru dimulai saat diluncurkannya sistem operasi baru Android (sistem operasi terbuka) yang jelas pendekatannya berlawan produk Apple yang semuanya terkontrol (sistem operasai tertutup). Smartphone berbasis Android ini digunakan beberapa produk besar ponsel (HTC, Samsung, LG, Sony dll), membuat peta dominasi iPhone mulai terkoreksi. Brand-brand smartphone berbasis Android tersedia pada bermacam-macam kelas produk beserta harga dari low end , middle dan di high end beserta versi tablet-nya. Gadget berbasis Android ini tidak terkecuali ikut menggerus segmen high end yang didominasi produk Apple (iPhone) dan iPad sebelumnya. Hal ini yang mungkin membuat Apple harus bermanuver untuk mempertahankan eksistensinya dengan terobosan strategi jitu, tidak terkecuali dengan diluncurkannya iPhone 5 C ini.
.
Pada konferensi pers Selasa 10 September lalu di kampus Apple Cupertino, California, Phil Schiller senior vice president of worldwide marketing memamparkan iPhone 5C (16GB) ditawarkan dengan harga pada kisaran 99 dolar AS. Tawaran yang cukup menarik perhatian mengingat kuatnya brand iPhone selama ini sebagai produk premium. Harga tersebut merupakan kisaran harga bagi konsumen saat melakukan kontrak belangganan layanan dengan operator telekomunikasi dalam periode tertentu. Lantas bagaimana dengan harga iPhone yang dijual langsung (tanpa kontrak). Berdasarkan informasi dan kajian dari beberapa sumber seperti, harga iPhone 5C (tanpa kontrak) diperkirakan berada di kisaran 535 dolar AS ( 5 -6 juta rupiah). Menarik untuk disimak adalah disparitas harga yang cukup lebar dari iPhone 5C dengan kontrak dan tanpa kontak. Apple dengan cerdas membranding iPhone 5C dengan harga 99 dolar AS untuk program kontrak sebagaimana dilakukannya pada sebagai besar channel operator telekomunikasi di seluruh dunia dengan tujuan menggaet para konsumen loyalnya serta konsumen dari segmen baru juga dengan lima pilihan warnanya. Selanjutnya tinggal bagaimana skema perhitungan kontrak dengan layanan telekomunikasi lah apakah mampu menarik konsumen untuk melakukan kontrak layanan tersebut.
Masih menyisakan berbagai tanda tanya, penuh kabut misteri khas Apple dalam setiap rencana peluncurannya yang selalu membuat orang penasaran. Setidaknya ada beberapa pertanyaan berikut berusaha menggali seberapa efektifkah terobosan strategi Apple melalui peluncuran iPhone 5C ini, seperti :
– Apakah memang iPhone 5C untuk menyasar segmen smartphone berharga murah (budget smartphone) atau hanya strategi agar dapat terjangkau?
– Berapa harga pokok ponsel yang harus ditanggung konsumen tersebut?
– Apakah strategi dengan lima pilihan warna cerah efektif untuk masuk pada segmen baru, memberi dampak pada kompotitornya?
Let’s see.
*artikel ini pertama kali dipublikasikan pada bulan September 2013
*gambar/foto:konferensi persApple 10 September 2013
Tentang Penulis:
Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade. Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman di perusahaan multinasional, nasional serta startup pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen serta iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada JMZacharias.Com Strategi Bisnis & Teknologi . Anda dapat mengubungi melalui tautan kami.