Brand-brand kondang tidak asing di telinga kita. Namannya selalu muncul dalam benak kita (top of mind) jika berhungan dengan asosiasi kata, bunyi, aroma, bentuk fisik benda tertentu, itu tidak lepas dari brand equity-nya yang tinggi yang dirawat lewat program marketing dan pembuktian pengalaman dalam rentang waktu yang tidak singkat (penuh proses dan kerja keras). Melihat brand berikut nama perusahaan tidak lepas dari proses historisnya. Dimana pada awalnya sejak berdirinya perusahaan yang bergerak pada bidang dan usaha baru, nama perusahaan biasanya menjadi lokomotif promosi produk yang dihasilkan. Boleh dikatakan belum ada diversifikasi baik dari sisi fitur, segmen berikut brand-nya pada masa itu. Dengan single brand tersebut, pada awalnya nama brand produk pun biasanya diambil dari nama perusahaan. Sehingga brand tersebut bak melewati lorong waktu bagi pembuktiannya sebagai ‘jiwa’ dari suatu produk dan tinggal di benak konsumen. Berikut bagaimana cara, sejarahnya, proses terciptanya nama brand-brand terkenal, simak 9 tips ampuh menentukan nama brand dan perusahaan:
1. Nama pendirinya.
Telah disinggung sebelumnya mengapa pada proses historisnya brand besar memilik nama brand yang identik dengan nama perusahaannya. Nama perusahaan pun juga merupakan bagian dari kegiatan branding, yang perannya saling menguatkan dengan brand produk. Bill Hewlett dan Dave Packard (pendiri HP) pun bersepakat untuk menggunakan nama mereka sebagai nama perusahaan lewat mengundi koin untuk memutuskan nama perusahaan mereka Hewlett-Packard atau Packard-Hewlett. Fenomena memasukan unsur nama pendiri pada nama perusahaan juga dilakukan oleh perusahaan Jepang. Namun para pengusaha Jepang ini lebih jitu dalam meramu nama keluarga mereka yang cenderung sangat Jepang ke dalam formula nama perusahaan yang dapat diterima oleh konsumen di luar Jepang, seperti Bridgestone, Mazda, Toyota dll.
Bridgestone merupakan gabungan nama pendirinya Ishibashi. Dalam bahasa Jepang Ishi (Stone) & Hashi/Bashi (Bridge). Brand Mazda merupakan adaptasi dari nama pendirinya Matsuda sedangkan Toyota berasal dari nama keluarga pendirinya Toyoda. Pada produksi awal kendaraan yang diproduksi dengan brand TOYODA. Baru tahun 1936, perusahaan menggunakan logo dan brand baru yang dikenal Toyota. Transisi dari brand Toyoda ke Toyota, disebabkan pada sisi penulisan dalam aksara Jepang bunyi huruf tanpa konsonan lebih menarik dibandigkan bunyi dengan konsonan. serta merujuk pada konsep jikaku (penghitungan jumlah goresan pada penulisan aksara Jeppang untuk menentukan keberuntungan) dengan 8 gores dapat diasosikan kekayaan dan keberuntungan.
2. Singkatan dari beberapa unsur yang saling terkait.
Membuat nama perusahaan yang kemudian menjadi brand seperti contoh sebelumnya yakni menggunakan nama keluarga dengan maksud menanamkan identitas pendiri sebagai makna historis dibalik nama perusahaan dan brand tersebut. Beberapa unsur yang terkait dengan sejarah pendirian nama perusahaan/brand juga menjadi pilihan untuk merangkumnya dalam singkatan yang membentuk kata yang enak dilihat dan didengar. Ambil contoh IKEA, perusahaan furniture yang berdiri tahun 1926 ini, menggunakan inisial nama pendirinya (Ingvar Kamprad), huruf depan dari tempat ia dibesarkan sebuah peternakan (Elmtaryd) pada desa kecil (Agunnaryd).
Hal ini mirip dengan brand souvenir JOGER Bali. Brand Joger merupakan singkatan dari nama depan sang pemilik JOseph (Joseph ) dengan nama depan teman sekolahnya di Hotel Fachscule Jerman dulu, yang bernama GERhard Seeger yang menghadiahi kado pernikahan uang sebesar US $ 20.000 untuk mengembangkan ‘Art & Batik Shop Joger’.
3. Nama tempat atau ikon suatu tempat
Nama tempat atau ikon (landmark) juga dapat digunakan untuk asosiasi historis dimana suatu bisnis dimulai. Teknik adopsi nama terebut pada brand disesuiakan pertimbangan ergonomi, asosiasi emosional dalam bentuk pengucapan, konteks visual dan beberapa faktor lainnya. Seperti contoh nama perusahaan Adobe berasal dari nama sungai (Adobe creek) yang mengalir di belakang rumah pendiri Adobe John Warnock. Brand CISCO diadopsi dari nama San FranCISCO dan logonya (siluet rangka jembatan Golden Gate) didapat saat pendirinya mengemudi mobil menuju Sacramento untuk proses pendaftaran perusahaan, dimana saat itu jembatan Golden Gate terlihat yang disinari matahari.
4. Hal yang relevan dengan produk & layanannya.
Bagaimana produk itu dibuat serta dalam bidang apa perusahaan akan memfokuskan keunggulan komparatifnya juga mengilhami para pendiri perusahaan dalam memberi nama perusahaan. Semula pendiri Intel Bob Noyce dan Gordon Moore ingin memberi nama perusahaan mereka Moore Noyce namun nama tersebut telah dimiliki (terdaftar) oleh jaringan hotel dan terdengar sama dengan dengan penyebutan kata More Noise yang dalam istilah elektronik kata noise berkanotasi gangguan sinyal (bad interference), sehingga mereka mengantinya dengan akronim INTEL (INTegrated ELectronics).
Saat akan menandatangi kontrak lisensi pemograman BASIC dengan mitranya, Bill Gates dan Paul Allen tersadar bahwa mereka harus punya nama perusahaan. Mereka sempat mempertimbangkan Allen & Gates, namun terdengar seperti kantor pengacara. Lalu Paul Allen memiliki ide MICRO-SOFT yang merupakan gabungan kata MICROprocessor dan SOFTware, yang kemudian sesuai transisi penulisannya dari waktu ke waktu menjadi MicroSoft (dua kata tersebut disambung dengan dua huruf besar) dan kemudian menjadi Microsoft yang melebur menjadi satu kesatuan kata.
5. Rutinitas.
Kegiata dalam hal ini proses kreatif dalam penciptaan suatu produk juga menjadi ide pengingat ‘jembatan’ asosiasi yang tertanam dalam suatu brand yang diciptakan. Contohnya brand bahasa pemograman komputer JAVA ini semula disebut Oak oleh penciptanya James Gosling. Oak, sejenis pohon yang berdiri di luar jendelanya. Namun kemudian Kepala Tim programer harus mencari nama pengganti bahasa pemograman yang unik, Java dipilih berasal dari jenis kopi yang diminum programer. *Java Coffee merupakan signature coffee yang berasal dari Asia tepatnya Java Island (Pulau Jawa Indonesia!).
6. Visi
Proses berdirinya suatu perusahaan tidak bisa dilepaskan dengan seperti apa visi yang diinginkan , mengarahkan perusahaan tersebut untuk berkembang menyongsong masa depan. Brand Panasonic diciptakan pada tahun 1955, digunakan pertama kali sebagai brand audio speakers. PANASONIC merupakan kombinasi dari “PAN” dan “SONIC” yang mengandung arti membawa suara (SONIC) ciptaan perusahaan ke dunia. Sejak 2008, Panasonic digunakan sebagai brand korporasi yang merepresentasikan perusahaan, produk and service.
Volkswagen secara literal diasosiasikan sebagai terminologi ‘mobil rakyat’, suatu program yang dicetuskan oleh Adolf Hitler. Nama ìVolkswagenî berasal dari terjemahan bebas kata ìVolksî berarti ìrakyat/orang kebanyakanî dan ìwagenî diterjemahkan sebagai mobil Volkswagen mulai pada awal tahun 1930, saat Adolf Hitler bercita-cita mengembangkan mobil yang dapat terjangkau oleh sebagai besar penduduk Jerman. Pada tahun 1933, dengan banyak proyek dalam pengembangan atau pada tahap awal produksi, Adolf Hitler mendeklarasikan keinginananya untuk negara mensponsori program Volkswagen. Visi Hitler mobil rakyat ini berkemampuan standar sebagai kendaraan tranpor untuk dua orang dewasa dan tiga anak dengan kecepatan 100 km/jam (62 mil/jam).
7. Karakter dan fungsi produk
Perwujudan karakter tertentu yang merepresentasikan fungsi dan keunggulan suatu produk juga dapat digunakan sebagai ide dalam menyusun nama brand. Samsonite diadopsi dari nama tokoh Samson (Simson) yang melambangkan kekuatan. Nama perusahaan dan brand VODAFONE merupakan akronim dari kata VOice, DAta, TeleFONE yang dipilih perusahaan untuk merefleksikan ketersediaan layanan suara dan data melalui telepon.
SONY VAIO merupakan kepanjangan dari Visual Audio Intelligent Organizer
-[NTT Docomo] NTT Docomo operator telekomunikasi di Jepang, memakai kata DOCOMO yg mrp singkatan dari DO COmmunication MObile. Docomo dalam bahasa Jepang juga berarti dimana saja (mobile).
8. Filosofi dan Harapan
Filosofi erat kaitannya dengan nilai apa yang mendasari dalam perjalanan suatu perusahaan termasuk sesuatu yang menjadi spirit. Hal ini juga mengapa Nike digunakan sebagai nama perusahaan sekaligus brand produknya. Kata Nike (berarti Kemenangan dalam bahasa Yunani) didapat oleh seorang karyawannya saat terbangun di tengah malam.
Pendiri bisnis Brownies Amanda mempunyai harapan yang terbaik untuk perusahaan berikut bisnisnya. AMANDA merupakan singkatan Anak MANtu DAmai. Dan diharapkan pula harapan tersebut menjadi dasar/filosofinya untuk menjalankan bisnis & keluarga dengan harmoni (damai).
9. Momentum Peristiwa
Peristiwa besar yang terjadi saat itu yang menjadi nama brand bisa penanda tonggak berdirinya suatu usaha dan diharapkan spirit dari momentum peristiwa besar tersebut dapat berkontribusi positif bagi brand usaha tersebut.
Seperti halnya rumah makan Warung AMPERA, jaringan rumah makan yang berasal dari Bandung. Kata AMPERA diadopsi dari peristiwa Amanat Penderitaan Rakya (AMPERA tahun 1966), dimana ada nilai historisnya saat warung tersebut (di Bandung) pernah menjadi tempat makan mahasiswa yg demo saat itu.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman latarbelakang terbentuknya suatu nama perusahaan atau nama brand di atas, proses penentuan (penciptaan) nama perusahaan/nama brand tidak serta merta hanya bicara pada subyektifitas selera semata, namun terkait dengan banyak faktor adakah nilai-nilai yang ingin menjadi bagian dari nama brand berikut unsur historis lainnya. Pertimbangan berikutnya, dengan menguji sejauh mana brand memberi persepsi positif atau setidaknya nama brand tersebut sejak awal mula tidak mempunyai muatan persepsi negatif. Persepsi negatif bisa terkait dengan sosial budaya masyarakat setempat, lokal. Semakin besar atau luas target market produk, patut dipertimbangkan aspek sosial budaya mulai dari lingkup kecil yang homogen sampai lingkup besar seperti negara yang multi kultural adat budayanya. Karena dengan perbedaaan kandungan budaya, menjadi beraneka ragam cara memandang (persepsi) suatu brand dalam contoh kasus suatu brand global, mulai dari cara penulisanan nama brand (khususnya pada negara yang aksara tulisan unik dengan suku kata berbeda (contoh tulisan mandarin, huruf kanji, hindi dll) berbeda dengan aksara latin seperti yang lazim di negara barat dan amerika), tidak itu saja dalam pengucapannya berikut aksennya pun bisa berbeda-beda. Meski William Shakespeare megatakan apa arti sebuah nama. Namun jika ada yang salah dengan nama brand Anda (persepsi dll), beban yang Anda tanggung sudah ada pada detik awal bisnis Anda dimulai.
*image credit: tigger11th-freedigitalphotos.net
Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade. Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman di perusahaan multinasional, nasional serta startup pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen serta iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada JMZacharias.Com Strategi Bisnis & Teknologi . Anda dapat mengubungi melalui tautan kami.
Beberapa hari lalu saya menulis tentang iklan suatu brand yang konsisten hadir dalam iklan setiap special season-nya (bulan puasa) dan mendapat respon positif di sosial media. Melalui riset kecil termasuk pengamatan di lapangan, iklan Above The Line (ATL) tersebut memberi dampak pada penjualan (sales lead) selain respon viral di media sosial. Yang menjadi tanda tanya, meski dengan respon viral yang menggembirakan, namun tidak [belum] terlihat akun resmi dari perusahaan brand tersebut yang memfasilitasi viral media sosial tersebut.
Ternyata ada jg brand yg geber TVC (Above The Live) scr masif, viral di medsos bagus nmn alpha keberadaanya di online marketing (medsos).
— JM Zacharias BizStra (@jmzacharias) June 28, 2015
Di saat jalur komunikasi yang berubah sejak boomingnya Web 2.0 dalam hal ini kanal media sosial dengan komunikasi yang lebih horizontal dan viral yang menjadi kekuatan penopang utama. Strategi marketing pun masuk ke kanal media sosial secara signifikan pada aktifitas planning dan budgeting bagi program aktivasi pad kanal media sosial. Lalu bagiamana respon konsumen berkaitan pendekatan brand beserta program marketingnya? Ada satu rilis baru-baru ini yang menarik emarketer.com (survei Maret 2015) di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia menunjukkan mayoritas responden konsumen Indonesia senang mem-follow akun media sosial brand seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Setelah memperhatikan aspek yang penting dan juga mendorong implementasi [kesuksesan] program marketing online dalam hal ini melalui kanal media sosial, ada 7 hal utama yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pelaksanaan program marketing lewat kanal media sosial.:
1. Konsistensi nama akun media sosial
Seperti halnya domain website (*.com, *.web.id dll) yang tidak saja berfungsi sebagai alamat online dalam pencarian dan sentral kegiatan online, namun dalam perkembangan waktu bertransformasi juga sebagai branding di ranah online. Tidak terkecuali akun media sosial yang merupakan akses lain dari media online. Konsistensi penulisan nama akun (username, @) media sosial pun harus diperhatikan agar tidak membingungkan konsumen saat mengakses berbagai akun media sosial, sekaligus menjadikannya sebagai penguat branding.
2. Karakterisitik fungsi tiap media sosial.
Penggunaan berbagai media sosial tidak saja menambah akses kanal komunikasi, namun juga menawarkan kustomisasi fungsi sesuai dengan karakteristik keungggulan dan karakterisik pengguna dari masing-masing media sosial. Jika penggunaan semua kanal media sosial dengan diisi konten yang sama dan juga dalam pendekatan sama (konten copy-paste), dapat menimbulkan kebosanan dan kebingungan konsumen yang mengakses beragam jenis media sosial yang berbeda sekaligus (contoh Twitter, Facebook, Youtube dll) dengan konten yang sama, akan tumpang tindih informasi yang sama dengan bahasa dan pendekatan komunikasi yang sama dari berbagai kanal tersebut. Hal ini tidak dimaksudkan menghilangkan konten penting yang harus ditampilkan pada semua media sosial, namun lebih ke arah diversifikasi pendekatannya yang lebih beragam [disesuaikan karakteristik media sosial dan penggunanya] dengan tetap konsisten pada tujuan dan pesan yang dikirimkan tetap sama. Pada saat bersamaan dengan respon konsumen yang tinggi, kanal media sosial pun tidak saja berfungsi sebagai kanal branding dan komunikasi saja namun juga melebar pada layanan konsumen. Pada titik ini bisa jadi titik kritis ketidaksiapan bagi beberapa brand dalam merespon konsumen dengan berbagai maksud dan tujuannya (bertanya, komplain dll).
Garuda pun akhirnya membuat akun twitter tambahan layanan pelanggan (@Garuda_Cares), akun untuk program promo @Garuda_Promo, akun untuk kategori khusus spt sponsor & fans klub bola Liverpool FC @LFCGaruda melengkapi akun perusahaan yang sudah ada u/ info umum (@IndonesiaGaruda). Begitu juga akun twitter OLX Indonesia (@OLX_Indonesia dan @OLXID_Care
3. Komunikasi dua arah (Web 2.0)
Media sosial bangkit dengan kekuatan web 2.0 yang memungkinkan komunikasi dua arah, yang memungkinakan pembaca (viewer) dapat cepat dan mendapat tempat dalam merespon status/informasi yang dibaca/dilihat. Media sosial pun menopang eksistensi komunikasi horisontal yang tentu memberi warna baru dari komunikasi vertikal seperti komunikasi iklan above the line dsb. Memang platform web 2.0 dalam hal ini media sosial berkembang cepat sebagai sarana untuk berkomunikasi yang lebih flat secara timbal balik dan cepat, sehangga dalam perkembangannya terus bertumbuh cepat dan membentuk jaringan yang semakin besar dan terus menjangkau kumpulan jejaring lainnya. Hal ini lah serta potensi meraih perhatian (awareness) dan sebagai media menjaga hubungan dengan pelanggan (customer engagement) yang menarik brand untuk terjun dalam progran marketing online melalui media sosial.
Berdasar pengamatan saya tidak semua media sosial brand yang eksis punya kebijakan [siap] untuk berinteraksi dengan konsumen (komunikasi dua arah) termasuk menampilkan saran/usul konsumen pada time line di luar program yang telah direncanakan. Berdasar pengamatan saya ada satu akun media sosial yang dapat dijadikan contoh dalam komunikasi dua arah salah satunya brand buah-buahan SunPride pada kanal akun twitternya @SunprideID yang turut memberi ruang gerak konsumen yang memberi informasi pada time line-nya baik dalam bentuk retweet ataupun respon melalui reply. Hal ini jauh lebih baik dari apa yg dilakukan oleh beberapa akun brand lain yang meski melakukan komunikasi dengan konsumennya melalui pertanyaan seperti curah pendapat terhadap tema hashtag (#) tertentu yang menjadi program aktifasi, setelah respon komentar-komentar yang masuk, kemudian hanya dibiarkan bertengger tanpa mendapat respon balik, yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah.
Booming-nya internet membuka akses yang tidak terbatas oleh tempat dan waktu (24/7, 24 jam selama 7 hari setiap minggunya). Karakteristik itu membuat demand konsumen yang melakukan kontak (bertanya atau mengajukan komplain) memiliki tuntutan respon yang cepat dan tepat. Saya pernah melakukan berapa kali kontak melalui akun resmi dari beberapa perusahaan nasional dan dunia sekalipun, namun tidak mendapatkan respon meski saat itu saya hanya memberikan saran konstruktif. Kesiapan 24/7 tidak saja membutuhkkan tindakan respon yang cepat, namun juga monitoring berkaitan dengan respon konsumen di media sosial dapat dipantau secara real-time. Brand minuman Gatorade di AS memiliki semaacm command room untuk memantau kondisi terkini dari respon dari stategi online marketing sampai di kanal media sosial sekalipun. Bahkan Twitter sendiri sekarang sudah menyediakan analytics tool-nya untuk keperluan monitoring aktivitas twitter kita beserta pengukuran dan perhitungan responnya seperti contoh tampilan di bawah ini:
Kesiapan 24/7 lebih diutamakan untuk bisnis dengan karakteristik operasional 24/7 termasuk lintas waktu (lintas negara) salah satunya bisnis penerbangan, pelayaran, perdagangan internasional. Selama ini untuk bisnis lainnya diterapkan jam operasional untuk respon layanan pelanggan (customer care) mengikuti jam operasional kerja (hari dan jam kerja).
5. Pendekatan responsif dan humanis.
Dalam komunikasi dengan follower, pola komunukasinya pun sebagaimana karakteristik media sosial yang flat (horisontal) casual (tidak kaku) dan komunikasi timbal balik memberi ruang konsumen untuk merespon (web 2.0). Media sosial pun tidak bisa tidak hanya berkisar pada program marketing. Komunikasi timbal balik (web 2.0) memungkin konsumen untuk merespon (baik dlm bentuk saran, pertanyaan atau keluhan). Untuk layanan pelanggan melalui media sosial setelah komunikasi responsif dilakukan dengan tidak lupa untuk memberi nama dari petugas CS yang bertugas (yang berkomunikasi saat itu). Hal ini diterapakan dengan baik oleh CS Garuda pada akun (@Garuda_Cares) dan @LazadaID.
6. Otentik (Authentic)
Dalam istilah komunikasi, otentik (authentic) dimaksudkan apa yang disampaikan apa adanya, tulus dan tidak ada kepura-puraan. Dalam hal ini jika bisnis UKM atau start-up biasanya komunikasi ditangani langsung oleh sang pemilik. Boleh dikatakan sang pemilik/pendiri yang tahu DNA (roh-nya) bisnis dan perusahaan yang dipimpin yang secara langsung maupun tidak langsung harus dijaga dalam strategi brandingnya juga. Biasanya untuk bisnis dan perusahaan yang telah berkembang dengan ukuran besar. Penanganan dan operasionalnya tidak selalu oleh sang pemilik. Tantangannya bagaimana karyawan yang bertugas dapat meresapi DNA bisnis dan perusahaannya dalam menjalankan komunikasi brandingnya dan dalam akun media sosial akan sangat nyata terlihat (dalam bentuk komunikasi timbal balik). Lalu bagaimana caranya, salah satunya lewat dengan budaya perusahaan dimana didalamnya ada nilai-nilai, visi perusahaan. Disisi lain dalam branding, strategi ini dapat diterapkan untuk level perorangan (personal branding) yang lazim bagi figur publik (artis, pengarang, politikus, tokoh, olah ragawan dll). Era keterbukaan dan partisipasi dalam komunikasi yang menjadi horisontal ini, para figur publik pun membuka kanal komunikasi via media sosial. Namun lantaran kesibukan dan keengganan untuk meluangkan waktu berkomunikasi dengan followernya, komunikasi figur publik pun ditangani oleh tim (admin). Ini seperti yang terlihat beberapa tahun terakhir seperti pada akun twitter @BarackObama yang ditangani oleh admin.
Tune in at 2:30 p.m. ET to watch the President discuss how we can build on the progress made under #Obamacare: http://t.co/ypZu1h1gmp
— Barack Obama (@BarackObama) July 1, 2015
.
"My entire presidency has been about helping working families." —President Obama
— Barack Obama (@BarackObama) April 23, 2015
Memang tidak salah, namun keterbatasan untuk berkomunikasi lugas dan timbal balik dengan spontan menjadi hambatan untuk menjadikan kanal media sosial yang mendekatkan diri dengan follower dalam komunikasi yang riil, apa adanya, bebas dari formalitas dan tentu saja konstrain waktu dalam merespon. Baru beberapa waktu kemudian sang presiden bisa langsung ngetwit sendiri dengan akun @POTUS sesuai dengan callsign sang presiden yang biasa diberikan oleh pengawalnya Secret Service. Simak twitnya pertama per tanggal 18 Mei 2015
Hello, Twitter! It's Barack. Really! Six years in, they're finally giving me my own account.
— President Obama (@POTUS) May 18, 2015
7. Relevansi
Sama seperti pendekatan komunikasi lainnya, relevansi merupakan bagian yang strategis. Dalam hal ini relevansi yang dimaksud tidak saja dari sisi konten (what) namun relevan pada siapa target market viewer/konsumer (who), cara pendekatannya (how), waktu (when dan where) saat komunikasi dilakukan ada alasan yang tepat (why) pendekatan-pendekatan di atas di lakukan.
Kalau berbicara tentang konteks secara keseluruhan aspek di atas sudah banyak contoh dapat dilihat penerapannya oleh brand-brand dalam implementasi pendekatan media sosial mereka. Mulai dari pemanfaatan berbagai media (video, infografik) dengan berbagai konten (inspirasi, informasi, tips dll), relevasi kebutuhan sehari-hari (frekuensi keberadaan aktifitas harian: pagi, siang, sore dan malam), menyambut season2x tertentu (akhir pekan, hari besar, libur panjang), aktualisasi diri yang relevan dengan semangat dan interest target market (hobi, program sosial) dsb.
Bahkan produsen minuman Coca Cola di Indonesia mempunyai semacam tim (in house social media team) dan lab tempat riset untuk keperluan melihat tren apa yang menjadi perhatian khalayak yang juga menjadi perhatian konsumennya sebagai target marketnya. Pendekatan melihat apa yang terjadi dengan segala aspek sosial bisa dibilang mirip (mengadopsi) pendekatan etnography dalam menyusun strategi target market pada program marketing (branding dll).
Serta dalam kondisi kritis pun (bencana), melalui kanal media sosial yang layaknya mitra komunikasi di media sosial hadir dalam konteks relasi emosional berkaitan bencana atau kecelakaan yang terjadi. Bahkan pada saat kondisi kritis tersebut, informasi yang tidak relevan namun pada waktu dan ruang lingkup tidak tepat akan mendapat protes dari netters, seperti contoh kejadian beberapa saat Malaysia Airlines MH17 jatuh di daerah Ukrania (daerah konflik antara Ukrania dan pemberontak). Saat itu dugaan sementara pesawat terkena misil. Beberapa saat setelah kejadian ada suatu tweet dari suatu maskapai ( klik ) detail beritanya) yg sdg terbang mengabarkan bahwa maskapai tersebut tidak melalui jalur rute wilayah udara Ukrania tersebut. Meskipun tidak ada relevansi langsung dengan kejadian MH17, namun konteks waktu yang tidak tepat itu lah yang membuat twit tersebut diprotes dan ditarik disertai permohonan maaf.
Pada akhirnya, jelas masih banyak poin-poin yng perlu diperhatikan. Namun dengan memperhaikan 7 hal di atas, membantu dalam mengarahkan kembali operasional strategi marketing melalui kanal sosial media. Penerapannya akan selalu berhubungan dengan konteks, kondisi di lapangan berikut karakteristik produk, brand, market, market, aspek lainnya. Kuncinya peka terhadap perubahan dan terus berinovasi.
Di bawah ini ditampilkan beberapa contoh dari beberapa poin di atas, tweet embeded dari berbagai akun sebagai berikut:
i. Contoh Pendekatan responsif dan humanis, sekaligus relevan
@Gorgxous_ Just to let you know that we are thinking of your father & all those still missing from flight #MH370 Be strong. YNWA
— Liverpool FC (@LFC) March 18, 2014
Pendekatan responsif dan humanis dari Liverpoll FC atas twit di bawah ini:
Daddy, Liverpool is winning the game. Come home, so you can watch the game! You never miss watching the game. It's your very first time. :')
— Maira Elizabeth. (@Gorgxous_) March 16, 2014
ii. Contoh Komunikasi Dua Arah
@ASaunders55 make your next run your best run. #justdoit pic.twitter.com/B29zeZHx1a
— Nike (@Nike) September 27, 2013
iii. Contoh Komunikasi Otentik.
Berita tentang respon pesepak bola David Luiz atas surat dari anak berumur 9 tahun yang menguatkan David untuk tidak bersedih dapat dilihat pada tautan ini.
iv. Beberapa twit dgn info, pesan inspiratif, kocak komunikatif dll
Komunikasi periodik pagi, siang dan malam lengkap dengan kondisi cuacu dan foto spot menarik kota Istambul Turki oleh biro pariwisata kota Istambul.
Good #afternoon Istanbul! The #weather #forecast :Some showers with a high of 26°C and a low of 17°C pic.twitter.com/L1RNva2W8g
— Istanbul CVB (@istanbul_cvb) June 28, 2015
Pesan inspiratif dari Nike
Sweat while they sleep. #makeitcount pic.twitter.com/6vrltVS1
— Nike (@Nike) December 29, 2012
Komunikatif, responsif sekaligus kocak 🙂
Uhuk :3 RT @nabilazzza: Single and available biar kaya pisang pic.twitter.com/DiIAM7v0ZI
— Sunpride Fruits (@SunprideID) December 2, 2014
*Keterangan foto artikel di atas: captured dari akun twitter @Garuda_Cares
Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade. Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman di perusahaan multinasional, nasional serta startup pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen serta iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada JMZacharias.Com Strategi Bisnis & Teknologi . Anda dapat mengubungi melalui tautan kami.