Semaraknya pelaksanaan rangkaian kegiatan pilpres 2014 mulai pendaftaran capres-cawapres sosialisasi, kampanye, pemaparan visi dan program pemerintahan periode 2014-2019 sampai interaksi langsung capres-cawapres dengan rakyat, momentum ini pas untuk mengemukakan keinginan akan kemandirian (kedaulatan) bangsa ini terutama pada sektor-sektor yang berhubungan hajat hidup orang banyak (rakyat). Kali ini khusus pada bidang industri/bisnis telekomunikasi saja yang juga menyentuh hajat hidup orang banyak dan berkontribusi penting untuk perkekonomian dalam abad digital ini. Keinginan untuk memperkuat kemandirian DNA (Device, Network dan Application) industri telekomunikasi kita tidak lepas untuk memperbaiki situasi dan kondisi sampai dengan saat ini serta melanjutkan sekaligus meningkatkan hal-hal positif yang telah dilakukan.
DEVICE (Perangkat)
Perkembangan industri perangkat di tanah air perlu didukung dengan berbagai usaha contoh insentif & proteksinya terhadap usaha meningkatkan sektor ekonomi dan membuka lapangan kerja seperti investasi dalam membangun sentra manufaktur dalam memproduksi alat telekomunikasi. Kepastian akan kebijakan pemerintah yang jelas dan konsisten, harus dijalankan bersinergi antar departemen dan pemerintah daerah terkait (pemda propinsi dan kabupaten kota) seperti insentif pajak dan ekspor impor, perijinan, ketersedian pasokan energi seperti suplai listrik, kebijakan tenaga kerja dan kebijakan pemuatan konten/komponen lokal. Kejelasan dan keselarasan kebijakan sebelumnya dan akan datang (wacana) hendaknya tidak saling tumpang tindih apalagi kotra produktif. Masih segar dalam ingatan batalnya rencana investasi produsen ponsel termasuk yang terakhir kabar produsen asal Korea Selatan mengalihkan investasi pembangunan pabrik ponsel ke Vietnam bisa menjadi pelajaran berharga, dimana insentif tax-holiday dan skema pajak yang tidak kompetitif seperti yang ditawarkan negara lain, serta besaran pajak impor komponen dan wacana ponsel akan dikenakan pajak barang mewah masih menjadi perhatian utama bagi investor.
Dengan efisiensi biaya yang dapat ditingkatkan, produktifitas dan pertumbuhan produk alat telekomunikasi akan berada pada grafik yang menunjukan tren positif dan harga ponsel pun dapat ditekan seekonomis mungkin dan rakyat pun punya akses pada opsi-opsi produk telekomunikasi yang ada. Beberapa tahun lalu (2005) badan yang menaungi asosiasi GSM se dunia pernah menggalakkan program ponsel murah untuk menjangkau daerah yang masih belum terkoneksi dalam programnya Connect the Unconnected.
Selain aspek ekonomi, kepastian hukum dalam kegiatan bisnis juga merupakan hal strategis yang perlu diprioritaskan. Kebijakan hukum dan implementasinya melindungi konsumen, distributor, pengecer yang berkerjasama dengan pemegang merek resmi (berijin); dari pungutan liar pada jalur distribusi, barang-barang/komponen black market, ponsel rekondisi, pemalsuan sampai pelanggaran hak cipta.
NETWORK (Insfrastruktur Jaringan)
Efektifitas dari implementasi program kerja yang berkaitan dengan infrastruktur jaringan dimulai dari menata sumber daya yang ada seperti lebar pita frekuensi, area cakupan layanan, jumlah optimal dari pemain di sektor industri dengan sumber daya frekusensi radio yang terbatas. Evaluasi manajemen frekuensi mulai dari keteraturan alokasi rentang frekuensi radio berikut dengan jenis usaha/bidang kerja pemegang ijin frekuensi, termasuk penertibatan frekuensi atau daya pancar yang tidak memiliki atau sesuai ijin peruntukannya.
Beberapa tahun terakhir efisiensi pada sektor operator telekomunikasi bergerak (nirkabel) berdampak pelepasan aset dan manajemen menara BTS, alih daya tenaga kerja ke perusahaan penyedia servis. Tumbuhnya bisnis model baru ini juga diikuti dengan pendirian perusahaan baru yang menggarap bidang baru ini, apalagi dengan jumlah operator pemegang frekuensi yang cukup besar jika dibandingkan dengan negara lain. Namun pada tahun terakhir operator-operator mulai mengkonsolidasi dengan strategi akusisi, jumlah pemain berkurang, efisiensi setelah proses integrasi memberi dampak pada pengurangan jumlah infrastruktur yang (redudan/dobel) dan tentu saja memukul perusahaan penyedia alih daya serta juga penyedia infrastruktur seperti manajeman menara BTS dan penyedia infrastruktur lainnya.
Infrastruktur dalam kapasitasnya pendukung layanan informasi dan komunikasi pada wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan, keberadaan satelit sangat strategis sebagai transmisi penghubung dari beragam alat komunikasi ini. Menurut ahli satelit, orbit satelit yang ideal adalah di sepanjang garis khatulistiwa dan penempatannya tidak berdasar letak status hukum geografis seperti di daratan, namun terbuka untuk setiap satelit baru bisa dipasangkan pada orbit tertentu yang masih kosong (siapa cepat dia dapat memilih opsi dari orbit lebih dahulu). Mengingat Indonesia yang mempunyai garis khatulistiwa yang panjang (bahkan mungkin terpanjang untuk suatu negara) dan pertumbuhan jumlah penduduk (konsumen) yang tinggi, kebutuhan akan kapasitas transmisi satelit akan bertambah besar dengan potensi ekonominya serta jumlah satelit dan penempatannya pada orbit sepanjang khatulistiwa adalah suatu kebutuhan yang harus direncanakan dengan tepat.
Selain itu, upaya untuk meningkatkan ekonomi dan pendidikan dapat dilakukan dengan program memperluas penetrasi broadband ke luar jawa untuk mendukung pengembangan ekonomi kreatif via e-commerce serta mendapatkan pendidikan dan kesempatan yang sama untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi lewat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sosial budaya dari penjuru bumi (global) yang dapat diakses secara online. Kalaupun saat ini pemasangan infrastruktur telekomunikasi (BTS) pada pedalaman masih terkendala dengan biaya dan studi kelayakan ekonomis seperti return of investment dll, ada solusi baru yang dapat diterapkan oleh pemerintah dengan program khusus OpenBTS BTS berplatform open source dengan tingkat biaya dan peruntukkannya dapat ditekan untuk daerah yang tidak terjamah layanan komersial nirkabel. Dengan penyedian ponsel yang didukung infrastruktur di daerah pedalaman, akan memacu kegiatan ekonomi dimana peran bank juga sangat dibutuhkan. Bila infrastruktur perbankan secara fisik belum ada, infrastruktur perbankan secara online menjalankan peran bank secara fisik. Kisah sukses masyarakat di pedalaman Kenya yang kegiatan ekonominya di dukung dengan mobile banking yang dikenal dengan M-PESA bisa menjadi contoh disamping kisah sukses lainnya seperti petani dan nelayan India yang dapat memantau harga komiditasnya dari beberapa opsi pasar dan tempat lelang yang ada.
Efektifitas penggunaan bandwidth untuk layanan seperti OTT (Over The Top layanan internet berbandwitdh besar yang menumpang infrastruktur telekomunikasi) terutama ke luar negeri perlu diatur dengan baik profit sharing secara fair, serta juga adanya lokalisasi server seperti untuk keperluan online messaging dalam negeri sehingga tidak perlu harus dikirim ke server pusat luar negeri setiap kali mengirim atau menerima pesan. Penggunaan bandwidth yang tidak efektif akan mempengaruhi cost-effective yang pada akhirnya juga membebani biaya yang harus dibayar konsumen (rakyat).
APPLICATION (Aplikasi)
Industri aplikasi saat ini sedang booming khususnya di emerging market Asia Pasifik khususnya ASEAN dan perkembangannya bagus didukung dengan karakteristik bisnis yang bisa dimulai dari usaha sampingan dengan modal infrastruktur terbatas sekalipun ditunjang dengan modal intektual (brainware) dari angkatan muda yang kreatif. Atmosfir keterbukaan informasi dan kebebasan berkreasi menjadi modal dasar dalam proses kreatif dan negara harus menjaminnya. Pada perkembangannya perlu intensitas dalam membantu tunas-tunas muda untuk bertumbuh dan bermetaforsa menjadi entrepreneur yang didukung pemberian insentif khususnya perusahaan/UKM yang bergerak di sektor ekonomi kreatif, bantuan mentorship dari pelaku bisnis dan kesempatan kerjasama dengan lembaga dunia, venture capital yang turut menumbuhkembangan usaha bisnis putra bangsa. Indonesia pun kaya dengan SDM dengan kemampuan teknologi kreatif yang kompetitif dan diperhitungkan di market global. Berpuas diri dengan menjadi jadi tenaga kerja kreatif pada bisnis asing (content provider) yang dimilik oleh anak muda negara lain, bukan merupakan sikap yang heroik dalam membangun bangsa dengan segala pendayagunaan potensi yang dimiliki. Pada akhirnya kerjasama antar berbagai pihak seperti kerjasama tripatrit yang melibatkan pemerintah, swasta & lembaga penelitian/pendidikan dalam pengembangan proyek bersama, memberi kontribusi yang cukup signifikan meski dimulai dari hal-hal kecil akan terus berkembang dan bersinergi serta saling memperkuat kemandirian dan kedualatan bangsa beserta aset-asetnya.
Sekilas pemikiran untuk membanguna, memperkuat kedaulatan bangsa lewat kemandirian DNA telekomunikasi kita.
* image credit: dokumentasi pribadi saat bertugas di Sydney Australia
Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade. Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman di perusahaan multinasional dan nasional pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen. Iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada www.jmzacharias.com
Berbicara mengenai kecepatan dan momentum , jadi teringat pengalaman dulu saat masih terlibat dalam pengembangan produk ponsel Siemens Mobile. Sekitar bulan Juli 2003, kami sudah melakukan beberapa testing beberapa unit test sample ponsel SX1 (ponsel digadang-gadang menjadi unggulan di kelas smartphone yang akan dilaunch saat itu, setelah kesuksesan kakaknya ponsel dengan pena sentuh SL45 ).
Target rilis SX1 sekitar awal tahun 2004, namun terjadi penjadwalan ulang dalam waktu tidak ditentukan. Pada saat yang bersamaan, Febuari 2004 kompetitor Nokia merilis versi smartphone mereka Nokia 6600 yang bermain di kelas yang sama dengan ponsel Siemens SX1 . Kehadirannya sebagai smartphone pertama mendapat sambuatan luar biasa.
Sudah bisa ditebak, apa efek yang ditimbulkannya dengan momentum ini khususnya di pasar ponsel saat itu, tentu saja ponsel Nokia 6600 meraup porsi besar kue pasar ponsel smartphone saat itu, disaat vendor-vendor lain belum secara resmi meluncurkan ponsel-ponsel sekelasnya.
Lalu apa efek domino selanjutnya? Begini, saat ponsel SX1 diluncurkan beberapa bulan kemudian, dengan bandrol 4,3 juta rupiah per unit. Mau tidak mau berhadapan ponsel Nokia 6600 yang sudah kuat pijakannya di pasar dan sisi pelanggan (top of mind) dengan harga yang sudah beberapa kali turun menjadi 3,6 juta rupiah per unitnya. Disparitas harga yang cukup besar menjadi faktor dominan di pasar domestik terhadap perang produk di pasar disamping kualitas serta faktor-faktor lainnya.
Belajar dari pengalaman tersebut di atas, faktor kecepatan memang merupakan faktor berkontribusi signifikan, namun pada artikel ini menitikberatkan faktor momentum yang juga penting dalam bisnis. Mempersiapkan produk yang baik dengan melakukan segala sesuatu dengan cepat itu baik, namun itu belum cukup ! Pertanyaan yang muncul : Apakah produk tersebut diluncurkan pada saat yang tepat ? Di sinilah momentum memainkan perananan penting.
Faktor kecepatan ini harus bersinergi dengan Momentum! Lebih tepatnya bagiamana bisa mengatur kecepatan dengan peka melihat momentum yang tepat. Bahasa sederhananya dengan melihat timing yang tepat. Memang tidak mudah juga tidak sulit untuk menentukan momentum yang tepat lewat proses pengalaman, kepekaan terhadap momentum itu menjadi terasah.
Momentum itu sendiri merupakan variabel penting yang ikut menentukan :
– Apakah suatu proses harus dipercepat ?
– atau diperlambat ?
– atau sudah tepat waktu ?
Kecepatan itu penting, demikian juga ketepatan waktu (momentum) merupakan faktor strategis yang harus dimiliki dan diasah kemamampuannya oleh pebisnis dari waktu ke waktu.
Tentang Penulis : JM Zacharias ( @jmzacharias ) saat ini berprofesi sebagai business strategist, berkarir profesional dalam bidang produk, sales dan marketing lebih dari satu dekade. Pengalaman karir profesionalannya di berbagai industri meliputi retail, consumer electronic, teknnologi informasi dan telekomunikasi baik Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B). Dengan beragam pengalaman di perusahaan multinasional, nasional serta startup pada bidang teknologi, sales marketing dan manajemen serta iklim kerja lintas budaya antar bangsa dalam portofolio karirnya di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara turut memperkaya wawasan dan melebarkan preperspektif untuk terus belajar dan berbagi. Mengkomunikasikan ide dan strategi bisnis dilakukannya dalam bentuk artikel, pelatihan dan kegiatan konsultasi. Informasi detail dapat di lihat pada JMZacharias.Com Strategi Bisnis & Teknologi . Anda dapat mengubungi melalui tautan kami.